Masalah Pokok
Perekonomian Indonesia
Masalah Pokok Perekonomian Indonesia
Indonesia menggunakan system perekonomian kerakyatan,
jadi semua kegiatan ekonomi yang berhubungan dengan hajat hidup orang banyak
diatur dan dikendalikan oleh pemerintah. Semua hal yang berhubungan dengan
kebijakan dan kelangsungan hidup masyarakat Indonesia diatur oleh kebijakan –
kebijakan dan peraturan pemerintah.
Tanda-tanda perekonomian mulai mengalami penurunan diawali
padatahun 1997 dimana pada masa itulah terjadi krisis. Saat itu pertumbuhan
ekonomi Indonesia hanya berkisar pada level 4,7 persen, sangat rendah
dibandingkan tahun sebelumnya yang 7,8 persen. Kondisi keamanan yang belum
kondusif juga mempengaruhi iklim investasi di Indonesia, yang menambah kesulitan
dinegeri ini.
Hal ini sangat berhubungan dengan aktivitas kegiatan ekonomi yang
berdampak pada penerimaan negara serta pertumbuhan ekonominya. Adanya
peningkatan pertumbuhan ekonomi yang diharapkan akan menjanjikan harapan bagi
perbaikan kondisi ekonomi dimasa mendatang.
Bagi Indonesia, dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi maka harapan
meningkatnya pendapatan nasional (GNP), pendapatan persaingan kapita akan
semakin meningkat, tingkat inflasi dapat ditekan, suku bunga akan berada pada
tingkat wajar dan semakin bergairahnya modal bagi dalam negeri maupun luar
negeri.
Namun semua itu bisa terwujud apabila kondisi keamanan
dalam negeri benar-benar telah kondusif. Kebijakan pemerintah saat ini didalam
pemberantasan terorisme, serta pemberantasan korupsi sangat turut membantu bagi
pemulihan perekonomian. Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator
makro ekonomi menggambarkan kinerja perekonomian suatu negara akan menjadi
prioritas utama bila ingin menunjukkan kepada pihak lain bahwa aktivitas
ekonomi sedang berlangsung dengan baik pada negaranya.
Selama tiga tahun dari 2005, 2006, dan 2007
perekonomian Indonesia tumbuh cukup signifikan (rata-rata di atas 6%),
menjadikan Indonesia saat ini secara ekonomi cukup dipertimbangkan oleh perekonomian
dunia. Hal ini dapat dilihat dengan diundangnya Indonesia ke pertemuan kelompok
8-plus (G8plus) di Kyoto Jepang pada bulan Juli 2008 bersama beberapa negara
yang disebut BRIICS (Brasil, Rusia, India, Indonesia dan South Africa).
Pada tahun 2008 pendapatan per
kapita Indonesia sudah meliwati US$ 2.000, bahkan pada tahun 2009, GDP
Indonesia ditetapkan di atas angka 5.000 triliun Rupiah atau setara dengan US$
555 milyar. Angka-angka ini cukup mendukung estimasi bahwa pada tahun 2015
Indonesia sudah menjadi salah satu raksasa ekonomi dunia dengan GDP di atas US$
1 triliun. Namun masih banyak hambatan yang dihadapi oleh perekonomian
Indonesia untuk menuju kesana, misalnya; kondisi infrastruktur perekonomian
(seperti jalan, jembatan, pelabuhan dan listrik), tingginya angka pengangguran
(kisaran 9%), tingginya inflasi yang disebabkan oleh meningkatnya harga energi
dunia (sudah menyentuh 11,,%), belum optimalnya kedatangan FDI ke Indonesia,
belum optimalnya peranan APBN sebagai stimulus ekonomi (belum ekspansif).
A. Beberapa permasalahan ekonomi
Indonesia.
Beberapa permasalahan ekonomi Indonesia yang masih muncul
saat ini dijadikan fokus program ekonomi 2008-2009 yang tertuang dalam Inpres
Nomor 5 tahun 2008 yang memuat berbagai kebijakan ekonomi yang menjadi target
Pemerintah yang dapat dikelompokkan ke dalam 8 bidang yaitu: (i) investasi,
(ii) ekonomi makro dan keuangan, (iii) ketahanan energi, (iv) sumber daya alam,
lingkungan dan pertanian, (v) pemberdayaan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM),
(vi) pelaksanaan komitmen masyarakat ekonomi ASEAN, (vii) infrastruktur, dan
(viii) ketenagakerjaan dan ketransmigrasian.
Dari sekian banyak masalah perekonomian yang dapat mewujudkan
target pemerintah diatas dapat dikelompokan menjadi masalah yang paling pokok
karena dampaknya yang meluas yaitu tentang permasalahan Ketenagakerjaan yang
melingkupi tingginya jumlah Pengangguran dan tingginya tingkat Inflasi yang
terjadi di Indonesia merupakan hal yang mendasari semua permasalahan –
permasalahan social di Indonesia.
1. Masalah
Pengangguran
Pengangguran merupakan masalah
berakar yang terjadi di Indonesia, karena permasalahan ini kehidupan social dan
keamanan serta sector lain ikut terganggu. Setiap tahun lahir manusia – manusia
baru dengan kecerdasan ilmu pengetahuan yang berbeda – beda, mulai dari lulusan
perguruan tinggi hingga yang putus sekolah.
Kian hari bermunculan jumlah angkatan kerja yang sebagian siap
berkompetisi dilingkungan kerja dan sebagian lagi kurang terampil dalam
berkompetisi, jumlah angkatan kerja yang begitu banyak ternyata tidak diimbangi
dengan pertumbuhan lapangan pekerjaan yang meningkat. Alhasil ada angkatan
kerja yang tidak tertampung dalam lapangan kerja yang ketersediaannya cukup
terbatas. Sebab itulah timbul pengangguran.
Masalah pengangguran di Indonesia
masih menjadi masalah ekonomi utama yang sampai saat ini belum bisa diatasi.
Sampai tahun 2008, tingkat pengangguran terbuka masih berada pada kisaran 9%
dari jumlah angkatan kerja berada pada kisaran 9 juta orang. Sebagaimana kita
ketahui, bahwa terjadi perubahan patern perekonomian paska krisis dari usaha
yang padat karya ke usaha yang lebih padat modal. Akibatnya pertumbuhan tenaga
kerja yang ada sejak tahun 1998 s/d 2004 terakumulasi dalam meningkatnya angka
pengangguran. Dilain sisi, pertumbuhan tingkat tenaga kerja ini tidak diikuti
dengan pertumbuhan usaha (investasi) yang dapat menyerap keberadaannya.
Akibatnya terjadi peningkatan jumlah pengangguran di Indonesia yang pada
puncaknya di tahun 2004 mencapai tingkat 10% atau sekitar 11 juta orang.
1. Definisi Dan Pengertian Pengangguran
Pengangguran adalah orang yang masuk dalam angkatan
kerja (15 sampai 64 tahun) yang sedang mencari pekerjaan dan belum
mendapatkannya. Orang yang tidak sedang mencari kerja contohnya seperti ibu
rumah tangga, siswa sekolan smp, sma, mahasiswa perguruan tinggi, dan lain
sebagainya yang karena sesuatu hal tidak/belum membutuhkan pekerjaan.
2. Rumus
Menghitung Tingkat Pengangguran
Untuk mengukur tingkat pengangguran pada suatu wilayah bisa
didapat dar prosentase membagi jumlah pengangguran dengan jumlah angkaran
kerja.
Tingkat Pengangguran = Jml Yang Nganggur / Jml Angkatan Kerja x
100%.
3. Jenis-jenis
Pengangguran
Pengangguran sering diartikan sebagai angkatan kerja
yang belum bekerja atau tidak bekerja secara optimal. Berdasarkan pengertian
diatas, maka pengangguran dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu :
§ Pengangguran Terselubung (Disguissed Unemployment) adalah tenaga kerja yang
tidak bekerja secara optimal karena suatu alasan tertentu.
§ Setengah Menganggur (Under Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak
bekerja secara optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya tenaga
kerja setengah menganggur ini merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari
35 jam selama seminggu.
§ Pengangguran Terbuka (Open Unemployment) adalah tenaga kerja yang
sungguh-sungguh tidak mempunyai pekerjaan. Pengganguran jenis ini cukup banyak
karena memang belum mendapat pekerjaan padahal telah berusaha secara maksimal.
4. Macam-macam pengangguran berdasarkan penyebab terjadinya dikelompokkan
menjadi beberapa jenis, yaitu :
a. Pengangguran konjungtural (Cycle
Unemployment)
Pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan gelombang
(naik-turunnya) kehidupan perekonomian/siklus ekonomi.
b. Pengangguran
Friksional / Frictional Unemployment
Pengangguran friksional adalah
pengangguran yang sifatnya sementara yang disebabkan adanya kendala waktu,
informasi dan kondisi geografis antara pelamar kerja dengan pembuka lamaran
pekerjaan.
c. Pengangguran
Struktural / Structural Unemployment
Pengangguran struktural adalah
keadaan di mana penganggur yang mencari lapangan pekerjaan tidak mampu memenuhi
persyaratan yang ditentukan pembuka lapangan kerja. Semakin maju suatu
perekonomian suatu daerah akan meningkatkan kebutuhan akan sumber daya manusia
yang memiliki kualitas yang lebih baik dari sebelumnya.
Pengangguran struktural bisa
diakibatkan oleh beberapa kemungkinan, seperti :
Akibat permintaan berkurang
Akibat kemajuan dan pengguanaan teknologi
Akibat kebijakan pemerintah
d. Pengangguran Musiman / Seasonal
Unemployment
Pengangguran musiman adalah keadaan menganggur karena
adanya fluktuasi kegiaan ekonomi jangka pendek yang menyebabkan seseorang harus
nganggur. Contohnya seperti petani yang menanti musim tanam, tukan durian yang
menanti musim durian.
e. Pengangguran
Siklikal
Pengangguran siklikal adalah pengangguran yang menganggur akibat
imbas naik turun siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah
daripada penawaran kerja.
f. Pengangguran Teknologi
Pengangguran teknologi adalah pengangguran yang terjadi karena
mulai digunakannya teknologi untuk menggantikan tugas-tugas yang biasanya
dilakukan oleh manusia. Ini akibat dari kemampuan dan keahlian pekerja yang
kurang mampu menyesuaikan dengan harapan perusahaan.
g. Pengangguran
siklus
Pengangguran yang diakibatkan oleh menurunnya kegiatan
perekonomian (karena terjadi resesi). Pengangguran siklus disebabkan oleh
kurangnya permintaan masyarakat (aggrerat demand).
Pengangguran juga dapat dibedakan atas pengangguran sukarela (voluntary
unemployment) dan dukalara (involuntary unemployment). Pengangguran suka rela
adalah pengangguran yang menganggur untuk sementara waktu karena ingin mencari
pekerjaan lain yang lebih baik. Sedangkan pengangguran duka lara adalah
pengengguran yang menganggur karena sudah berusaha mencari pekerjaan namun
belum berhasil mendapatkan kerja.
5. SEBAB-SEBAB TERJADINYA PENGGANGURAN
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pengganguran adalah
sebagai berikut:
§ Besarnya Angkatan Kerja Tidak Seimbang
dengan Kesempatan Kerja
Ketidakseimbangan terjadi apabila jumlah angkatan kerja lebih
besar daripada
kesempatan kerja yang tersedia. Kondisi sebaliknya sangat jarang terjadi.
§ Struktur Lapangan Kerja Tidak Seimbang
§ Kebutuhan jumlah,jenis tenaga terdidik
dan penyediaan tenaga terdidik tidak seimbang
Apabila kesempatan kerja jumlahnya sama atau lebih besar
daripada angkatan kerja, pengangguran belum tentu tidak terjadi. Alasannya,
belum tentu terjadi kesesuaian antara tingkat pendidikan yang dibutuhkan dan
yang tersedia. Ketidakseimbangan tersebut mengakibatkan sebagian tenaga kerja
yang ada tidak dapat mengisi kesempatan kerja yang tersedia.
§ Meningkatnya
peranan dan aspirasi Angkatan Kerja Wanita dalam seluruh struktur Angkatan
Kerja Indonesia
§ Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga
Kerja antar daerah tidak seimbang
Jumlah angkatan kerja disuatu daerah mungkin saja
lebih besar dari kesempatan kerja, sedangkan di daerah lainnya dapat terjadi
keadaan sebaliknya. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan perpindahan tenaga
kerja dari suatu daerah ke daerah lain, bahkan dari suatu negara ke negara
lainnya.
6. DAMPAK-DAMPAK PENGANGGURAN TERHADAP
PEREKONOMIAN
Untuk mengetahui dampak pengganguran terhadap per-ekonomian kita
perlu kelompokkan pengaruh pengganguran terhadap dua aspek ekonomi , yaitu:
a. Dampak Pengangguran terhadap
Perekonomian suatu Negara
Tujuan akhir pembangunan ekonomi suatu negara pada dasarnya
adalah meningkatkan kemakmuran masyarakat dan pertumbuhan ekonomi agar stabil
dan dalam keadaan naik terus.
Jika tingkat pengangguran di suatu negara relatif tinggi, hal tersebut akan
menghambat pencapaian tujuan pembangunan ekonomi yang telah dicita-citakan.
Hal ini terjadi karena
pengganguran berdampak negatif terhadap kegiatan perekonomian, seperti yang
dijelaskan di bawah ini:
§ Pengangguran bisa menyebabkan masyarakat tidak dapat
memaksimalkan tingkat kemakmuran yang dicapainya. Hal ini terjadi karena
pengangguran bisa menyebabkan pendapatan nasional riil (nyata) yang dicapai
masyarakat akan lebih rendah daripada pendapatan potensial (pendapatan yang
seharusnya). Oleh karena itu, kemakmuran yang dicapai oleh masyarakat pun akan
lebih rendah.
§ Pengangguran akan menyebabkan pendapatan nasional yang berasal dari sector
pajak berkurang. Hal ini terjadi karena pengangguran yang tinggi
akan menyebabkan kegiatan perekonomian me-nurun sehingga pendapatan masyarakat
pun akan menurun. Dengan demikian, pajak yang harus dibayar dari masyarakat pun
akan menurun. Jika penerimaan pajak menurun, dana untuk kegiatan ekonomi
pemerintah juga akan berkurang sehingga kegiatan pembangunan pun akan terus
menurun.
§ Pengangguran tidak menggalakkan pertumbuhan ekonomi. Adanya pengangguran akan
menyebabkan daya beli masyarakat akan berkurang sehingga permintaan terhadap
barang-barang hasil produksi akan berkurang. Keadaan demikian tidak merangsang
kalangan Investor (pengusaha) untuk melakukan perluasan atau pendirian industri
baru. Dengan demikian tingkat investasi menurun sehingga pertumbuhan ekonomipun
tidak akan terpacu.
b. Dampak pengangguran terhadap Individu yang Mengalaminya dan Masyarakat
Berikut ini merupakan dampak negatif pengangguran terhadap
individu yang
mengalaminya dan terhadap masyarakat pada umumnya:
§ Pengangguran dapat menghilangkan mata pencaharian
§ Pengangguran dapat menghilangkan ketrampilan
§ Pengangguran akan menimbulkan ketidakstabilan social politik.
7. KEBIJAKAN – KEBIJAKAN PENGANGGURAN
Adanya bermacam-macam pengangguran
membutuhkan cara-cara mengatasinya yang disesuaikan dengan jenis pengangguran
yang terjadi, yaitu sbb :
v Cara Mengatasi Pengangguran Struktural
Untuk mengatasi pengangguran jenis ini, cara yang digunakan adalah :
1. Peningkatan mobilitas modal dan tenaga kerja
2. Segera memindahkan kelebihan tenaga kerja dari tempat dan sector yang
kelebihan ke tempat dan sector ekonomi yang kekurangan
3. Mengadakan pelatihan tenaga kerja untuk mengisi formasi kesempatan
(lowongan) kerja yang kosong, dan
4. Segera mendirikan industri padat karya di wilayah yang mengalami
pengangguran.
v.Cara Mengatasi Pengangguran Friksional
Untuk mengatasi pengangguran secara umum antara lain dapat
digunakan cara-cara sbb:
1. Perluasan kesempatan kerja dengan cara mendirikan industri-industri baru,
terutama yang bersifat padat karya
2. Deregulasi dan Debirokratisasi di berbagai bidang industri untuk merangsang
timbulnya investasi baru
3. Menggalakkan pengembangan sector Informal, seperti home indiustri
4. Menggalakkan program transmigrasi untuk me-nyerap tenaga kerja di sector
agraris dan sector formal lainnya
5. Pembukaan proyek-proyek umum oleh pemerintah, seperti pembangunan jembatan,
jalan raya, PLTU, PLTA, dan lain-lain sehingga bisa menyerap tenaga kerja
secara langsung maupun untuk merangsang investasi baru dari kalangan swasta.
v Cara Mengatasi Pengangguran Musiman.
Jenis pengangguran ini bisa diatasi dengan cara :
1. Pemberian informasi yang cepat jika ada lowongan kerja di sector lain, dan
2. Melakukan pelatihan di bidang keterampilan lain untuk memanfaatkan waktu
ketika menunggu musim tertentu.
v Cara mengatasi Pengangguran Siklus
Untuk mengatasi pengangguran jenis ini adalah :
1. Mengarahkan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa, dan
2. Meningkatkan daya beli Masyarakat.
2. Inflasi
Inflasi dan perekonomian Indonesia sangat saling
berkaitan. Apabila tingkat inflasi tinggi, sudah dipastikan akan mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi, dimana akan melambatnya laju pertumbuhan ekonomi.
Inflasi di Indonesia diumpamakan seperti penyakit endemis dan
berakar di sejarah. Tingkat inflasi di Malaysia dan Thailand senantiasa lebih
rendah. Inflasi di Indonesia tinggi sekali di zaman Presiden Soekarno, karena
kebijakan fiskal dan moneter sama sekali tidak prudent (“kalau perlu uang,
cetak saja”).
Di zaman Soeharto, pemerintah berusaha menekan
inflasi, akan tetapi tidak bisa di bawah 10 persen setahun rata-rata, karena
Bank Indonesia masih punya misi ganda, antara lain sebagai agent of
development, yang bisa mengucurkan kredit likuiditas tanpa batas. Baru di zaman
reformasi, mulai di zaman Presiden Habibie maka fungsi Bank Indonesia
mengutamakan penjagaan nilai rupiah. Tetapi karena sejarah dan karena
inflationary expectations masyarakat (yang bertolak ke belakang, artinya
bercermin kepada sejarah) maka “inflasi inti” masih lebih besar daripada 5
persen setahun.
Bulan dan tahun Tingkat inflasi
Juli 2009 2.71 %
Juni 2009 3.65 %
Mei 2009 6.04 %
April 2009 7.31 %
Maret 2009 7.92 %
Februari 2009 8.60 %
Januari 2009 9.17 %
Desember 2008 11.06 %
November 2008 11.68 %
Oktober 2008 11.77 %
September 2008 12.14 %
Agustus 2008 11.85 %
Juli 2008 11.90 %
Data inflasi dari Inflasi CPI – Bank
Sentral Republik Indonesia
Bulan dan tahun Pertumbuhan ekonomi
Maret 2006 15.74 %
Juni 2006 15.53 %
September 2006 14.55 %
Desember 2006 6.60 %
Data pertumbuhan ekonomi dari Inflasi CPI – Bank Sentral
Republik Indonesia
Inflasi merupakan salah satu masalah ekonomi yang banyak mendapatkan perhatian
para pemikir ekonomi. Pengertian inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga
untuk menaik secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua
barang saja tidak disebut inflasi. Syarat adanya kecenderungan menaik yang teus
menerus juga perlu diingat, karena kenaikan harga karena musiman, menjelang
hari-hari besar atau yang terjadi sekali saja, dan tidak mempunyai pengaruh
lanjutan tidak disebut inflasi.
Jika sebagian dari harga barang diatur diatur pemerintah,
maka harga-harga yang dicatat oleh Biro Sta¬tistik mungkin tidak menunjukkan
kenaikan apapun karena yang dicatat adalah harga “resmi” pemerintah. Tetapi
kenyataan yang terjadi ada kecenderungan bagi harga-harga untuk terus menaik.
Dalam hal ini inflasi sebetulnya ada, tetapi tidak diper¬lihatkan. Keadaan ini
disebut “suppressed inflation” atau “infla¬si yang ditutupi” , yang pada suatu
waktu akan terlihat karena harga-harga resmi makin tidak relevan dalam
kenyataan.
1. MACAM INFLASI
Berdasarkan
parah tingkat inflasi dapat dibedakan menjadi 4, yaitu :
• Inflasi ringan (di bawah 10% setahun)
• Inflasi sedang (antara 10 – 30% setahun)
• Inflasi berat (antara 30 – 100% setahun)
• Hiperinflasi (di atas 100% setahun)
2. Berdasarkan asal dari inflasi
• Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation)
Inflasi dari dalam negeri timbul misalnya
karena defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan pencetakan uang baru,
panenan gagal dsb.
• Inflasi yang berasal dari luar negeri
(imported inflation)
Inflasi dari luar negeri adalah inflasi yang
timbul karena kenaikkan harga-harga (yaitu:inflasi) di l luar negeri
atau di negara-negara langganan berdagang kita.
Bila harga barang-barang ekspor seperti kopi teh minyak kelapa sawit
naik, maka indeks biaya hidup akan naik pula sebab barang- barang tsb langsung
masuk dalam daftar barang- barang yang terca¬kup dalam indeks harga.
Bila harga barang-barang ekspor (seperti, kayu,karet, timah, dsb)
naik, maka biaya produksi dari barang-barang yang mengguna¬kan barang-barang
tsb dalam proses produksinya (perumahan, sepa¬tu, kaleng, dsb) akan naik, dan
harganya akan naik pula (cost inflation).
Kenaikan harga barang-barang ekspor berarti kenaikan penghasilan
eksportir. Kenaikan penghasilan ini akan dibelanjakan untuk membeli
barang-barang , baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Bila jumlah barang
yang tersedia di pasar tidak bertambah, akibatnya harga-harga barang lain akan
naik pula (demand inflation).
3. Berdasarkan penyebab dari Inflasi
Berdasarkan Penyebabnya inflasi dapat
digolongkan kedalam dua garis besar yaitu:
• Demand inflation / inflasi permintaan
Inflasi ini timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai macam
barang terlalu kuat.
• Cost inflation / inflasi penawaran
Inflasi ini timbul karena kenaikan biaya produksi atau berkur¬angnya
penawaran agregatif.
Macam Inflasi berdasarkan
penyebabnya ini dapat ditunjukkan oleh gambar berikut ini:
a) demand inflation
b) cost inflation
Inflasi permintaan ini disebabkan oleh permintaan masyar¬akat
akan barang-barang (aggregate demand) bertambah misalnya, karena bertambahnya
pengeluaran pemerintah yang dibiayai dengan pencetakan uang, atau kenaikan
permintaan luar negeri akan bar¬ang-barang ekspor, atau bertambahnya
pengeluaran investasi swasta karena kredit yang murah, maka kurva agregate
demand bergeser dari D1 ke D2. Akibatnya tingkat harga umum naik dari H1 ke H2.
Inflasi yang timbul karena kenaikan biaya produksi, yaitu karena
kenaikan harga sarana produksi yang didatangkan dari luar negeri, atau karena
kenaikan bahan bakar minyak) maka kurva penawaran measyarakat (aggregate
supply) bergeser dari S1 ke S2.
Perbedaan dari kedua macam inflasi ini
adalah:
1. Perbedaan dalam hal akibat dari kedua macam inflasi tersebut, dari segi
volume output, karena dari segi harga output tidak berbeda. Dalam kasus demand
inflation, biasanya ada kecenderungan outputnya (GDP riil) menaik bersama-sama
dengan kenaikan harga umum. Besar kecilnya kenaikan output ini tergantung
tegantung pada eltisitas kurva agregate supplay, semakin mendekati output
maksimum semakin tidak elastis kurva tsb.
Sebaliknya dalam kasus cost inflation biasanya kenaikan harga-harga bersamaan
dengan penurunan omzet penjualan barang (kelesuan usaha).
2. Perbedaan dalam hal urutan dari
kenaikan harga.
Dalam demand inflation kenaikan harga barang (output) menda¬hului
kenaikan harga barang-barang input dan harga- harga faktor produksi (upah dsb).
Sedangkan dalam dalam cost inflation kenaikan harga barang -barang input dan
harga-harga faktor produk mendahului kenaikan harga barang-barang akhir
(output).
TEORI INFLASI
Secara garis besar 3 kelompok teori
mengenai inflasi, masing-masing menyoroti aspek-aspek tertentu dari proses
inflasi, yaitu:
A. Teori Kuantitas
Teori ini menyoroti peranan dalam proses inflasi dari:
o Jumlah uang yang beredar
o Psikologi (harapan) masyarakat mengenai kenaikan harga-harga (expectation)
Inti dari teori ini adalah :
ü Inflasi hanya bisa terjadi jika ada penambahan volume uang yang beredar
(berupa penambahan uang cartal atau penambahan uang giral).
ü Laju inflasi ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang yang beredar dan
oleh psikologi (harapan) masyarakat mengenai kenaikan harga-harga di masa
mendatang.
Terdapat 3 kemungkinan keadaan :
a. Keadaan pertama, apabila masyarakat tidak (atau
belum) mengharap¬kan harga-harga untuk naik pada bulan bulan mendatang.
Dalam hai ini, sebagian besar dari penambahan jumlah uang yang
beredar akan diterima masyarakat untuk menambah likwiditasnya (yaitu,
memperbesar pos Kas dalam buku neraca para anggota ma¬syarakat). Ini berarti
sebagian besar dari kenaikan jumlah uang tersebut tidak dibelanjakan untuk
pembelian barang. Sehingga tidak akan ada kenaikan permintaan yang berarti akan
barang-barang, jadi tidak ada kenaikan harga barang-barang.
Dalam keadaan seperti ini kenaikan jumlah uang beredar sebesar
10% diikuti oleh kenaikan harga- harga sebesar, misalnya 1%. Keadaan ini biasa
dijumpai pada waktu inflasi masih baru mulai dan masyarakat masih belum sadar
bahwa inflasi sedang berlang¬sung.
b. Keadaan Kedua adalah di mana masyarakat atas dasar pengalaman di bulan bulan
sebelumnya mulai sadar adanya inflasi.
Penambahan jumlah uang yang beredar digunakan oleh masyarakat
untuk membeli barang-barang (memperbesar pos aktiva barang-barang didalam
neraca).
Kenaikan harga (inflasi) adalah suatu pajak atas saldo kas ma¬syarakat, karena
uang semakin tidak berharga. Dan orang-orang berusaha menghindari pajak ini
dengan mengubah saldo kasnya menjadi barang. Sehingga permintaan akan
barang-barang melonjak, akibatnya harga barang-barang tersebut juga mengalami
kenaikkan.
Pada keadaan ini kenaikan jumlah uang sebesar, misalnya 10% akan
diikuti dengan kenaikan harga barang mungkin sebesar 10% pula.
c. Keadaan Ketiga adalah tahap Hiperinflasi
orang-orang sudah kehilangan kepercayaan terhadap nilai mata uang. Keadaan ini
ditandai oleh makin cepatnya peredaraan uang (velocity of circulation yang
menaik). Uang yang beredar sebesar misalnya 20% akan mengakibatkan kenaikan
harga lebih besar dari 20%.
B. Teori Keynes
Menurut teori ini, inflasi terjadi karena suatu masyarakat ingin
hidup di luar batas kemampuan ekonominya. Proses inflasi menurut pandangan ini
adalah proses perebutan bagian rezeki di antara kelompok- kelompok sosial yang
menginginkan bagian yang lebih besar daripada yang bisa disediakan oleh
masyarakat. Proses perebutan ini diterjemahkan menjadi keadaan di mana
permintaan masyarakat akan barang-barang selalu melebihi jumlah barang- barang
yang tersedia (timbulnya inflationary gap).
C. Teori Strukturalis
Teori mengenai inflasi yang didasarkan atas pengalaman di negara
Amerika Latin. Teori ini memberi tekanan pada ketegaran (rigidities) dari
struktur perekonomian yang sedang berkembang. Karena inflasi dikaitkan dengan
faktor-faktor struktural dari perekonomian (faktor-faktor ini hanya bisa
berubah secara gradual dan dalam jangka panjang) maka teori ini disebut juga
teori inflasi jangka panjang.
Menurut teori ini
ketegaran utama ada dua macam:
1. Ketegaran yang pertama berupa ketidakelastisan dari penerimaan eksport.,
yaitu nilai ekspor yang tumbuh secara lamban dibanding dengan pertumbuhan
sektor- sektor lain.
Kelambanan ini disebabkan oleh:
a. Harga di pasar dunia dari barang-barang ekspor negara tersebut makin tidak
menguntungkan dibanding dengan barang-barang impor yang harus dibayar (term of
trade makin memburuk).
b. Supplay atau produksi barang-barang ekspor yang tidak respon¬sif terhadap
kenaikan harga (supplay barang-barang ekspor yang tidak elastis).
Kelambanan pertumbuhan penerimaan ekspor ini, berarti kelambanan
pertumbuhan kemampuan untuk mengimpor barang-barang yang dibutuh¬kan (untuk
konsumsi maupun investasi). Akibatnya negara tersebut mengambil kebijaksanaan
pembangunan yang menekankan pada pengga¬lakkan produksi dalam negeri dari
barang-barang yang sebelumnya diimpor (import substitution strategy), meskipun
biaya produksi dalam negeri lebih tinggi dan berkualitas rendah daripada
barang- barang sejenis yang diimpor. Biaya yang lebih tinggi ini mengaki¬batkan
harga yang lebih tinggi pula.
Bila proses substitusi impor ini makin meluas, biaya produksi juga meluas ke
berbagai barang, sehingga makin banyak harga barang yang naik, dan inflasipun
terjadi.
2. Ketegaran Kedua berkaitan dengan ketidakelastisan dari supplay atau produksi
bahan makanan di dalam negeri.
Produksi bahan makanan dalam negeri tidak tumbuh secepat
pertambahan penduduk dan penghasilan per kapita, sehingga harga bahan makanan
di dalam negeri cenderung untuk menaik melebihi kenaikan harga barang- barang
lain. Akibat selanjutnya adalah timbulnya tuntutan karya¬wan untuk memperoleh
kenaikan upah. Kenaikan upah berarti kenai¬kan ongkos produksi, yang berarti
kenaikan harga barang-barang tersebut. Kenaikan harga tersebut menyebabkan
tuntutan kenaikan upah lagi. Dan kenaikan upah ini diikuti kenaikan
harga-harga. Demikian seterusnya.
Kesimpulan dari teori strukturalis
yaitu:
1. Teori ini menerangkan proses inflasi jangka panjang di negara- negara yang
sedang berkembang.
2. Jumlah uang yang beredar bertambah secara pasif mengikuti dan menampung
kenaikan harga barang-barang tersebut. Proses inflasi tersebut dapat
berlangsung terus hanya bila jumlah uang yang beredar juga bertambah terus.
Tanpa kenaikan jumlah uang, proses tersebut akan berhenti dengan sendirinya.
(juga dalam teori Keynes dan teori kuantitas).
3. Tidak jarang faktor-faktor struktural yang dikatakan sebagai sebab musabab
yang paling dasar dari proses inflasi tersebut bukan 100% struktural. Sering
dijumpai bahwa ketegaran ketegaran tersebut disebabkan oleh kebijaksanaan
harga/moneter pemerintah sendiri.
Macam macam Dampak Inflasi.
Dampak inflasi terhadap perekonomian yang pada akhirnya akan
berpengaruh kepada tingkat kemakmuran masyarakat, berikut ini dampak negatif
dari inflasi:
1. Terhadap distribusi pendapatan ada pihak-pihak yang dirugikan, diantaranya:
o Inflasi akan merugikan bagi mereka yang berpendapatan tetap, seperti; pegawai
negeri. Contoh, amir seorang pegawai negeri memperoleh gaji Rp. 60.000.000
setahun dan laju inflasi 10%. Bila penghasilan Amir tidak mengalami perubahan,
maka ia akan mengalami penurunan pendapatan riil sebesar 10% x Rp. 60.000.000 =
Rp. 6.000.000.
o Kerugian akan dialami bagi mereka yang menyimpan kekayaan dalam bentuk uang
tunai.
o Kerugian akan dialami para kreditur, bila bunga pinjaman yang diberikan lebih
rendah dari inflasi.
Di lain pihak ada yang diuntungkan
dengan adanya inflasi:
a. Orang yang persentase pendapatannya melebihi persentase kenaikan inflasi
b. Mereka yang memiliki kekayaan bukan dalam bentuk uang tunai, tetapi dalam
bentuk barang atau emas.
2. Dampak terhadap efisiensi,
berpengaruh pada:
a. Proses produksi dalam penggunaan faktor produksi menjadi tidak efesien pada
saat terjadi inflasi
b. Perubahan daya beli masyarakat yang berdampak terhadap struktur permintaan
masyarakat terhadap beberapa jenis barang
3. Dampak inflasi terhadap output (hasil
produksi):
o inflasi bisa menyebabkan kenaikan produksi. Biasanya dalam keadaan inflasi
kenaikan harga barang akan mendahului kenaikan gaji, hal ini yang menguntungkan
produsen
o bila laju inflasi terlalu tinggi akan berakibat turunnya jumlah hasil
produksi, dikarenakan nilai riil uang akan turun dan masyarakat tidak senang
memiliki uang tunai, akibatnya pertukaran dilakukan antara barang dengan barang.
4. Dampak inflasi terhadap pengangguran
Suatu negara yang berusaha menghentikan laju inflasi yang tinggi, berarti pada
saat yang sama akan menciptakan pengangguran. Untuk melihat laju inflasi dengan
tingkat pengangguran, dapat diperlihatkan dalam Kurva Philips. Kurva philip
adalah kurva yang menggambarkan hubungan negatif antara inflasi dan
pengangguran.
• semakin tinggi tingkat inflasi, maka tingkat pengangguran semakin rendah
• semakin rendah tingkat inflasi, maka tingkat pengangguran semakin tinggi
• pada titik E, tingkat inflasi nol dan pengangguran ada tingkat pengguna
tenaga kerja penuh (full employment)
• pada titik A, tingkat inflasi negatif (deflationary gap), tingkat
pengangguran lebih tinggi
• pada titik B, tingkat inflasi positif (inflationary gap), tingkat
pengangguran lebih rendah.
Beberapa hal yang berhubungan dengan
inflasi:
§ DEFLASI, daya beli uang yang
mengalami peningkatan, karena jumlah uang yang beredar relatif lebih sedikit
dari jumlah barang dan jasa yang tersedia. Tujuan dari devaluasi adalah untuk
meningkatkan ekspor barang, neraca pembayaran menjadi surplus.
§ DEFRESIASI, penurunan nilai tukar
mata uang terhadap mata uang asing yang terjadi di pasar uang.
§ APRESIASI, kenaikan nilai tukar suatu mata uang terhadap mata uang
asing yang terjadi di pasar uang.
§ INFLASI TERBUKA, keadaan dimana
harga-harga bergerak tak terkendali, serta terdapat kelebihan permintaan
terhadap barang.
§ SANERING, pemotongan nilai mata
uang yang dilakukan oleh pemerintah.
§ REVALUASI, kebijakan pemerintah
untuk menaikan nilai mata uang dalam negeri terhadap valuta asing.
§ DEVALUASI, kebijakan pemerintah
untuk menurunkan nilai mata uang dalam negeri terhadap valuta asing dengan
sengaja. Deflasi dapat di atasi dengan cara pemerintah menambah pembelanjaan,
masyarakat menambah pengeluaran.
sumber
: http://subekti1105.blogspot.com/2012/03/13-masalah-pokok-perekonomian-indonesia.html