BERFIKIR
INDUKTIF
Induksi adalah
cara mempelajari sesuatu yang bertolak dari hal-hal atau peristiwa khusus untuk
menentukan hukum yang umum (Kamus Umum Bahasa Indonesia, hal 444
W.J.S.Poerwadarminta. Balai Pustaka 2006)
Metode berpikir induktif dimana cara berpikir
dilakukan dengan cara menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai
kasus yang bersifat individual. Untuk itu, penalaran secara induktif dimulai
dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang yang kusus dan
terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang
bersifat umum. Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan
pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam
menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum
(filsafat ilmu.hal 48 Jujun.S.Suriasumantri Pustaka Sinar Harapan. 2005)
Penarikan kesimpulan secara induktif menghadapkan kita
kepada sebuah permasalahan mengenai benyaknya kasus yang harus kita amati
sampai kepada suatu kesimpulan yang bersifat umum. Misalnya, jika kita ingin
mengetahui berapa penghasilan rata-rata perbulan petani kelapa sawit di
Kabupaten paser, lantas bagaimana caranya kita mengumpulkan data sampai pada
kesimpulan tersebut. Hal yang paling logis adalah melakukan wawancara terhadap
seluruh petani kelapa sawit yang ada di Kabupaten Paser. Pengumpulan data
seperti ini tak dapat diragukan lagi akan memberikan kesimpulan mengenai
penghasilan rata-rata perbulan petani kelapa sawit tersebut di Kabupaten Paser,
tetapi kegiatan ini tentu saja akan menghadapkan kita kepada kendala tenaga,
biaya, dan waktu.
Untuk berpikir induktif dalam bidang ilmiah yang bertitik
tolak dari sejumlah hal khusus untuk sampai pada suatu rumusan umum sebagai
hukum ilmiah, menurut Herbert L. Searles (Tim Dosen Filsafat Ilmu, 1996 :
91-92), diperlukan proses penalaran sebagai berikut :
1. Langkah pertama adalah mengumpulkan
fakta-fakta khusus.
Pada langkah ini, metode yang digunakan adalah observasi dan
eksperimen. Observasi harus dikerjakan seteliti mungkin, sedangkan eksperimen
dilakukan untuk membuat atau mengganti obyek yang harus dipelajari.
2. Langkah kedua adalah perumusan
hipotesis.
Hipotesis merupakan dalil atau jawaban sementara yang
diajukan berdasarkan pengetahuan yang terkumpul sebagai petunjuk bagi
penelitian lebih lanjut. Hipotesis ilmiah harus memenuhi syarat, diantaranya
dapat diuji kebenarannya, terbuka dan sistematis sesuai dengan dalil-dalil yang
dianggap benar serta dapat menjelaskan fakta yang dijadikan fokus kajian.
3. Langkah ketiga adalah mengadakan
verifikasi.
Hipotesis merupakan perumusan dalil atau jawaban sementara
yang harus dibuktikan atau diterapkan terhadap fakta-fakta atau juga
diperbandingkan dengan fakta-fakta lain untuk diambil kesimpulan umum. Proses
verifikasi adalah satu langkah atau cara untuk membuktikan bahwa hipotesis
tersebut merupakan dalil yang sebenarnya. Verifikasi juga mencakup generalisasi
untuk menemukan dalil umum, sehingga hipotesis tersebut dapat dijadikan satu
teori.
4. Langkah keempat adalah perumusan
teori dan hukum ilmiah berdasarkan hasil verifikasi.
Hasil akhir yang diharapkan dalam induksi ilmiah adalah
terbentuknya hukum ilmiah. Persoalan yang dihadapi adalah oleh induksi ialah
untuk sampai pada suatu dasar yang logis bagi generalisasi dengan tidak mungkin
semua hal diamati, atau dengan kata lain untuk menentukan pembenaran yang logis
bagi penyimpulan berdasarkan beberapa hal untuk diterapkan bagi semua hal.
Maka, untuk diterapkan bagi semua hal harus merupakan suatu hukum ilmiah yang
derajatnya dengan hipotesis adalah lebih tinggi.
Contoh lain dari argument metode
beepikir induktif adalah:
1. Kuda Sumba punya sebuah jantung
2. Kuda Australia punya sebuah jantung
3. Kuda Amerika punya sebuah jantung
4. Kuda Inggris punya sebuah jantung
6. Setiap kuda punya sebuah jantung
Dari berbagai peryataan kemudian di tarik kesimpulan secara
umun itulah merupakan metode berpikir secara induktif ( khusus ke umum) jadi
dalam berpikir induktif dari cakupan yang kevil kemudian di jabarkanmenjadi
kesimpulan secara umum.
Bentuk-bentuk Penalaran Induktif
a. Generalisasi : Proses penalaran yang
mengandalkan beberapa pernyataan yang mempunyai sifat tertentu untuk
mendapatkan simpulan yang bersifat umum.
Contoh
generalisasi :
1)Jika
dipanaskan, besi memuai.
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jika dipanaskan, emas memuai.
Jika dipanaskan, platina memuai
Jadi, jika dipanaskan, logam memuai.
2)Jika
ada udara, manusia akan hidup.
Jika ada udara, hewan akan hidup.
Jika ada udara, tumbuhan akan hidup.
Jadi, jika ada udara mahkluk hidup
akan hidup.
b.
Hipotesis dan Teori
Hipotesis à proposisi yg masih perlu diuji
Teori à proposisi yg telah teruji.
Contoh :
Ø Semua kucing yang bermata biru
adalah tuli (Darwin dalam ilmu biologi)
Ø Tidak ada hewan yang bertanduk dan
berkuku telapak adalah pemakan daging
Ø Anak kecil yang pernah terluka
jari-jarinya karena bermain-main dengan pisau akan berhati-hati bila di saat
lain dia menggunakan pisau
Ø Ilmu ilmu kealaman semuanya disusun
berdasarkan generalisasi tidak sempurna, demikian pula ilmu sosial
c.
Analogi
: Cara penarikan penalaran dengan membandingkan dua hal yang mempunyai sifat
yang sama.
Contoh analogi
Nina adalah lulusan Akademi Amanah.
Nina dapat menjalankan tugasnya dengan
baik.
Ali adalah lulusan Akademi Amanah.
Oleh Sebab itu, Ali dapat menjalankan
tugasnya dengan baik.
d.
Hubungan kausal : penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling
berhubungan.
Macam hubungan kausal :
1.
Sebab- akibat.
Yaitu dimulai dengan mengemukakan fakta yang menjadi sebab
dan sampai kepada kesimpulan yang menjadi akibat. Pada pola sebab ke akibat
sebagai gagasan pokok adalah akibat, sedangkan sebab merupakan gagasan
penjelas.
“Hujan turun di daerah itu mengakibatkan timbulnya banjir.”
2.
Akibat – Sebab.
Yaitu dimulai dengan fakta yang menjadi akibat, kemudian
dari fakta itu dianalisis untuk mencari sebabnya.
“Andika tidak lulus dalam ujian kali
ini disebabkan dia tidak belajar dengan baik”
3.
Akibat – Akibat.
Yaitu dimulai dari suatu sebab yang dapat menimbulkan
serangkaian akibat. Akibat pertama berubah menjadi sebab yang menimbulkan
akibat kedua. Demikianlah seterusnya hingga timbul rangkaian beberapa akibat.
“Ibu mendapatkan jalanan di depan rumah becek, sehingga ibu
beranggapan jemuran di rumah basah”
e.
Induksi dalam Metode Ekspoisisi
Eksposisi adalah salah satu jenis
pengembangan paragraf dalam penulisan yang dimana isinya ditulis dengan tujuan
untuk menjelaskan atau memberikan pengertian dengan gaya penulisan yang
singkat, akurat, dan padat. Karangan ini berisi uraian atau penjelasan tentang
suatu topik dengan tujuan memberi informasi atau pengetahuan tambahan bagi
pembaca. Untuk memperjelas uraian, dapat dilengkapi dengan grafik, gambar atau
statistik. Sebagai catatan, tidak jarang eksposisi ditemukan hanya berisi
uraian tentang langkah/cara/proses kerja. Eksposisi demikian lazim disebut
paparan proses.
Langkah menyusun eksposisi:
•
Menentukan topik/tema
•
Menetapkan tujuan
•
Mengumpulkan data dari berbagai sumber
•
Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih
•
Mengembangkan kerangka menjadi karangan eksposisi.
SUMBER :
http://mynameisanggun-bukuhariananggun.blogspot.com/2011/12/berpikir-induktif.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar